Lebih Dekat Dengan Komlok Wonosobo Babywearers
October 28, 2019Wonosobo Babywearers source Instagram WB |
Minggu lalu RSIA Adina, salah satu RS swasta di Wonosobo sedang merayakan hari jadi yang ke 30. Selamat hari jadi RSIA Adina, semoga semakin dipercaya sebagai rujukan medis Ibu dan anak di kabupaten Wonosobo.
Nah, di even ulang tahun RSIA Adina kali ini ada yang istimewa loh. Di salah satu sudut tenda bazarnya ada spanduk ungu tertulis "Wonosobo Babywearers" atau Wonosobo menggendong. Bagi sebagian orang mungkin terdengar aneh ya, kok ada sih kelompok belajar yang fokusnya menggendong??? Tapi faktanya memang begitu, komunitas satu ini concern di pergendongan.
Sekilas tentang komunitas menggendong
Sebenarnya grup-grup belajar tentang pergendongan ini bukan lagi hal baru. Beberapa tahun belakangan edukasi soal pergendongan menjadi topik yang hits dikalangan ibu muda.
Di negara tetangga malah sudah ada lembaga resmi yang concern mensuplay edukator pergendongan ke instansi-insransi, komunitas bahkan terjun langsung ke publik places, juga concern mengawasi standar keamanan gendongan yang terdistribusi ke masyarakat luas.
Bahkan komunitas seperti Wonosobo Babywearers ini sejatinya adalah komlok (komunitas lokal) turunan dari komunitas Indonesian Babywearers yang membernya sudah tersebar di seluruh Indonesia.
Berangkat dari kepedulian tentang pentingnya menggendong dan memastikan keamanan menggendong, komunitas inipun terus menggeliat hingga kini termasuk Wonosobo Babywearers.
baca juga: Sinsu Family Park, referensi tempat liburan terbaru di Wonosobo
Ragam aktivitas
Ada bebeberapa list activity yang terus konsisten dilakukan diantaranya yaitu:
1. Ruang belajar online melalui grup Whatsapp.
Hari gini apa sih yang ga online, ya kan? Semakin maju teknologi, itu artinya kita juga harus bisa menyesuaikan diri. Teknologi ada bukan untuk menghambat, melainkan justru jadi unsur pendukung sebuah pencapaian.
WB memanfaatkan itu untuk merangkul ibu-ibu pembelajar dari seluruh Wonosobo.
Topografi Wonosobo yang berbukit-bukit dan jarak desa dengan desa lainnya yang berjauhan, maka tepat sekali memanfaatkan platform whatsapp grup sebagai sarana pengganti ruang belajar. Aktivitas di grup online sendiri dinamis setiap harinya. Ada hari khusus diskusi soal pergendongan, dihari lainnya grup diisi dengan obrolan seputar parenting, ASI dan MPASI, dan tema lainya terkait keluarga.
2. Meet up member
Tak hanya bertemu di dunia maya, Wonosobo Babywearers juga mengagendakan kopi darat setiap bulannya. Bagi ibu-ibu, bisa bertemu dengan teman satu ide dan satu komunitas itu ibarat piknik tipis-tipis. Sambil temu kangen, ngobrol, ketawa-ketawa, makan-makan, sambil belajar juga. Biar hidup ga kaku kaya kanebo kering, hihihi.
Bisa sih belajar dari youtube, toh video tentang teknik menggendong ada ribuan tersebar di sana. Tapi kan ga ada yang koreksi, memberi saran ini itu. Nah, disini letak plusnya kopdar ala Wonosobo Babywearers. Belajar macem-macem teknik menggendong sekaligus dikoreksi langsung oleh admin grup WB. Prok..prok..prok, standing applause buat tim WB.
3. Social insidental
Tim WB juga kadang melakukan kunjungan ke rumah member untuk memberikan edukasi langsung di rumah. Tujuannya selain lebih dekat kepada member secara emosional, juga agar keluarga mendapat edukasi soal menggendong. Sebab keluarga juga berperan penting dalam memberi dukungan untuk melakukan proses gendong yang tepat.
Kegiatan insidental lainnya adalah melakukan edukasi kepada publik, seperti yang kemarin dilakukan komlok WB pada ulang tahun RSIA Adina ini. Antusias ibu-ibu cukup tinggi untuk belajar tentang pergendongan, dilihat dari stan Wonosobo Babywearers yang hampir tak pernah sepi pengunjung.
Edukasi Pergendongan
Anaknya jangan digendong terus nanti bau tangan. Pernah denger ini? Padahal, menggendong adalah teknik membangun bonding antara anak dengan ibu dan anggota keluarga lainnya. Dulu, menggendong tidak di anggap penting. kita hanya tau bahwa menggendong ya gendong saja. Pakai jarik, atau gendongan yang dijual dipasaran. Tanpa tahu amankah cara kita menggendong? Bagaimana standar gendongan yang disarankan oleh para ahli?
Banyak ibu yang mengeluh bahwa menggendong itu melelahkan, padahal..ssssstt di WB kita diajarin loh bagaimana menggendong tahan lama yang ga bikin pegel.
Jenisnya pun banyak: ringsling, pouch, woven wrap, stretchy wrap, SSC, onbuhimo dan lain-lain.
Untuk intip informasi tentang pergendongan, bisa cus ke instagram Wonosobo Babywearers.
Emak-emak yang domisili Wonosobo dan sekitarnya boleh banget untuk gabung di grup WA Wonosobo Babywearers. Hubungi kontak admin yang tertera di bio akun yah.
Di even kemarin saya berkesempatan icip-icip gendongan onbuhimo, gendongan ala Jepang gitu. Diajarkan teknik front carry dan back carry. Uniknya, gendongan onbu ga ada waistpadnya. Ituloh sabuk lebar yg menutup perut. Jadi, cocok untuk bumil yang masih harus gendong dan juga bapak-bapak yang perutnya nganu.
Sempat mencoba juga gendongan ringsling dari brand LennyLamb (foto tengah), masyaAllah langsung jatuh cinta saya. Butuh ngajuin proposal untuk gendongan baru ga ya, hihihi. Ini tuh gendongannya enak banget, kainnya tebal dan empuk, jadi sama sekali ga berasa lagi bawa beban. Ringnya juga kuat dan tidak bercelah. Penting sekali untuk diperhatikan. Ring bercelah beresiko kain terselip dan robek, ini berbahaya.
Istimewanya, untuk penyintas cidera fraktur bahu kaya saya gendongan jenis ini bikin nyaman, ga sakit di bahu dan ga capek gendongnya (info: Naila 6m dengan bb 8,3kg). Sebetulnya gendongan yang lebih disarankan untuk yang bermasalah dengan tulang (bahu dan tulang belakang) itu gendongan yang bertumpu pada kedua bahu, jenis SSC misalnya. Ini dimaksudkan agar tidak memperparah kondisi cideranya.
Terakhir, saya mencoba back carry dengan gendongan SSC milik saya sendiri. Teknik backcarry ini sangat membantu ibu-ibu yang anaknya maunya nempel terus. So, bayi tetap bisa tidur sambil di gendong dan emaknya bisa nyapu, ngepel, nyuci, jemuran, masak, betulin genteng, eh..!
Maksudnya, ini saking nyamannya untuk penggendong.
Mungkin di sebagian besar masyarakat kita belum terbiasa dengan teknik menggendong seperti ini. Pengalaman sendiri, dulu waktu Naila usia 20 hari saya gendong M-shape dengan ringsling, ajak ke warung malah diprotes ibu-ibu di warung sayur. Saya? Senyumin aja.
Pernah juga saya bawa kakaknya untuk kontrol ke RS JIH Yogya, dokter anak yang lihat cara saya menggendong bayi 2 minggu dengan ringsling malah penasaran. Saya di suruh muter-muter buat lihat bagian samping dan belakang, dan akhirnya malah minta di ajarin.Ahahaha..
Dimana sih bisa beli gendongan-gendongan kece ini? Sementara, gendongan jenis ringsling, ssc, onbu, woven wrap bisa didapat melalui online shop. Tapi, better melalui grup InFEC. Kenapa ke InFEC?
Bisa sih via shopee dan marketplace lain, tapi hanya sebagai tembusan.
Nah, untuk cek ricek kredibilitas buyer/seller, para penggiat komunitas lokal gendongan, menggagas marketplace khusus di facebook grup, sebagai basis trackrecord jejak transaksional si member selama berurusan dengan gendongan ergonomis bayi. Ada berbagai macam merk dengan harga yang bervariasi. Ada lokal dan import, etapi banyak kok merk lokal yang kualitasnya ga kalah sama import. Kaya Cuddle me, N_unik, Nana, Zakkel, Andrea dan banyak lagi. Kalau perlu mencoba, jangan ragu untuk bertanya dengan komlok. Biasanya bisa icip-icip dulu atau sewa, asik kan?
Karena menggendong adalah aktivitas yang cuma bisa dilakukan selama 2-3 tahun pertama anak. So, jangan lewatkan kesempatan untuk menggendong si kecil.
Salam gendong..!
28 Comments
Wah seru ya ada komunitas gini, jadi ada edukasi buat masyarakat bersama. Apalagi Wonosobo gituloh kota kecil yang ternyata sekarang menggeliat
ReplyDeleteSeru banget mis, secara kultur masyarakat sini tuh emang cocok buat digarap bikin kelompok belajar
DeleteIya mba' , ditempat saya juga ada teguran 'nanti bau tangan' gitu kalau kita terlihat beberapa kali menggendong anak.
ReplyDeletePadahal bermanfaat juga kan kegiatan menggendong itu. Ya tidak terus menerus sih. Anak saya dulu waktu kecil juga cukup sering digendong daripada naik stroller. Alhamdulillah sekarang gedenya juga tidak manja banget banget seperti yang disangkakan orang orang dulu.
Dulu belum ada nih komunitas komunitas semacam ini. Beruntuung ya sekarang di kota kota kecil juga bermunculan komunitas se oke ini.
Betul, apalagi kehadiran komunitas kaya gini sebetulnya ikut mengedukasi masyarakat juga.
DeleteSaya juga gabung dengan grup babywearers Mbak tapi belum pernah ikut kopdaran.. Duh jadi kangen masa-masa menggendong anak, sekarang anakku yg kedua walapun masih 2 tahun sering nggak mau digendong, senangnya lari2 terus hehe
ReplyDeleteHihihi..itu dia mbak, aku sih mumpung yg kedua ini masih 6bulan. Ntar kalo dia udah bisa lari2, emaknya kangen pingin gendong pasti udah ga mau..
DeleteBagus ini ada komunitas menggendong. Ada berbagai teknik menggendong ya. Alat bantu gendongnya juga sekarang macam² dan bagus²...
ReplyDeleteSaya juga baru tau macam2 teknik ini setelah gabung, hihihi..
DeleteSejak lepas pergedndongan, aku nggak bgitu mengikuti lagi acara2 seperti ini. Tapi memang bagus sih ada grup yang bisa saling support. Duuh jadi pengen punya baby lagiiii
ReplyDeleteAyo produksi, ahahaha..
DeleteKalau dulu pesen Ibuk-ibuk kita, jangan digendong melulu, nanti bau tangan kwkw
ReplyDeleteSekarang malah diajarkan menggendong ya.
Hepi ibu muda saat ini. Aku punya bayi belasan tahun lalu semia belajar sendiri. Keren ini komlok menggendongnya!
Mbak, aku tuh ga bisa gendong pakai jarik ceritanya. Malah dikatain sama ibu ku, 'gini lah ibu modern, pakai jarik aja ga ngerti'.
DeletePas aku ikut belajar di komlok, ibuku udah ga pernah komplen lagi soal pergendongan, hihihi..
Nggak dimana-mana istilah "bau tangan" itu populer ya. Di Madura, kampung halaman yuni juga begitu. Tapi mamak si bayi biasanya cuek. Bodo amat. Anak nangis pingin gendong ya digendong. Kalau nangis karena lapar ya di asi hi. Hehehe
ReplyDeleteYa itu tadi yun, karena masa2 menggendong itu singkat banget. Begitu anak bisa jalan dia udah lebih seneng jalan ketimbang digendong..
DeleteWah, ada komunitas kayak gini ya? Zaman aku punya masih kecil gendongan nya yang itu-itu saja, agak ribet buat simpulan, kalau ini lebih praktis
ReplyDeleteBetul mbak, praktis dan anti pegel, hihihi
DeleteSaat saya tahu komunitas menggendong di kota saya, eh sayanya udah gak punya anak bayi, hahaha. Unik ya ternyata cara-cara menggendong untuk bayi.
ReplyDeleteProduksi mbak, hihihi..
Deletekomunitasnya keren. aktivitasnya juga sangat bermanfaat. nggak cuma ngajarin teknik menggendong tapi juga mengulas toko2 yang menjual barang2 yang bersangkutan. enak ya jadi nggak khawatir lagi kalau milih toko online
ReplyDeleteBetul mbak, jadi memudahkan juga
DeleteIlmu pergendongan ini emang penting bangetbanget. Apalagi saya dengan kedua anakku terdahulu gak ada samsek ilmu ini. Belum kenal gitu. Gendong ya gendong aja. Biasa. Hmm Padahal teknik Dan Cara gendong nya belum benar. Duhhhh.. .Tapi komunitas ini ada di beberapa Kota yaaa...
ReplyDeleteSekarang sudah ada di seluruh Indonesia mbak. Saya juga gabung komlok karena lihat list komlok terdekat di grup fb nya Indonesian Babywearers
DeleteWow, mungkin aq ibu yang tidak pernah menggendong anak dengan gendongan
ReplyDeleteHihihi...aku ga kuat mbak gendong tanpa gendongan, apalagi bahu pernah patah. Kl capek masih suka bengkak, makanya teknik menggendong yg benar ini sangat membantu sekali buat aku..
Deleteiya aku suka juga ada komunitas ini. Baru tahu pas kemarin lahiran anak kedua gabung di fb indonesia babywearers, dan itu sangat membantu sekali
ReplyDeleteUnik juga ya ada komunitas para penggendong, hehe.
ReplyDeleteTapi bener ini bahwa menggendong itu seharusnya jadi aktivitas menyenangkan. Saya pun begitu. Bonding dg anak jadi bagus. Favorit saya sih yang frontcarry dg ringsling itu. Ga bisa pakai jarik ;)
Lihat logonya tak pikir Warner Bross tadi. Hahaha. Dasar yaaa. Baru tau ada komunitas menggendong gini. Pasti seru, ya.
ReplyDeleteKalo liat gendongan back carry gitu, ingat film Oshin aku, Mbak. Secara lihat Oshin gendong seperti itu sambil ngerjaian semua hal. Bahkan bekerja di ladang pun, ada bayi di punggungnya.
ReplyDelete