Tujuh Bakat Ibu; Siapakah Saya?

June 14, 2020



Saat ditugaskan menyusun 7 dari 34 tema bakat yang "gue banget" sebagai basic untuk mengenal diri, saya butuh waktu sangat lama untuk menuliskan ini. Dan jurnal ini merupakan tugas pekan pertama setelah kelas OTC dimulai.

Apalagi dengan peringatan: abaikan hasil tes talent mapping (untuk yang sudah pernah). Karena mau tak mau setelah mendengarkan pemaparan dari mentor kami ibu Rima Melanie lalu dilanjutkan dengan menyusun jurnal ini, saya terpaksa melirik hasil tes setahun lalu. Membandingkan, menimbang-nimbang, meninjau ulang, betul ga sih ini saya?

Takutnya cuma saya yang kege-eran menilai diri. Hihihi. Tapi tak apa-apa, itu juga bagian dari proses belajar, ya kan?

Pada dasarnya sejak lahir, manusia telah membawa potensi yang bisa menjadi sifat bakat saat dewasa. Proses bertumbuh dan pengalaman, ikut berperan dalam mempengaruhi sifat bakat mana yang paling tampak dalam diri seseorang. Sifat suka belajar misalnya, bukankah semua anak saat masih kecil memiliki sifat demikian? Tapi saat memasuki fase aqil baligh, sifat bakat ini menjadi tergerus dan berganti sifat bakat yang lain.

Setiap pengalaman adalah proses memunculkan sifat bakat yang lain dalam diri kita, yang sebenarnya saling bertukar tapi tidak pernah menghilang. Bakat yang saya maksud di sini adalah sifat produktif yang ada dalam diri setiap kita. Bukan bakat seperti: bakat menari, melukis, musik. Bukan. Kalau yang itu, merupakan keistimewaan fisik yang tentu saja bisa dibentuk dengan banyak berlatih. Tapi bakat yang merupakan sifat produktif ini adalah potensi yang bisa membantu mengarahkan untuk menemukan peran spesifik hidup kita.

Tugasnya kan menemukan 7 ya, jadi ini dia ketujuh sifat bakat dalam diri saya: 

1. Developer

Saya senang berbagi pengalaman dengan teman-teman. Memberi dukungan moril dan motivasi. Ada rasa puas saat melihat orang lain berhasil melakukan hal baru. Saya juga senang menjadi pendamping proses belajar. Melihat orang lain tumbuh dan berhasil melangkah adalah kebahagiaan tersendiri. 

2. Learner

Selain senang mendukung orang dalam proses belajar, saya juga antusias dalam belajar hal baru. Sehingga banyak kelas online maupun offline saya ikuti, dari yang gratis hingga berbayar. Baik itu menyangkut kebutuhan atau malah hanya sebatas ketertarikan pada sesuati yang 'unik' menurut saya. Tapi itu dulu, hehe. Sebelum mendapat ilmu tentang prioritas di kelas matrikulasi Ibu Profesional. Saat ini saya mulai memetakan mana ilmu yang merupakan kebutuhan, mana yang hanya menarik. Sehingga saat ada informasi kelas dengan tema tertentu tapi tidak termasuk dalam lingkaran R1 prioritas, saya cukup mengingatkan diri saya: ini menarik, tapi saat ini saya tidak tertarik.

learner mug: dokumentasi pribadi

3. Empathy

Mengekspresikan rasa dalam kata-kata, bagi orang lain barangkali terdengar seperti mengeluh. Padahal tidak sama sekali. Bagi saya, menuangkan rasa dalam kata-kata baik tertulis maupun ucapan adalah tanda kecerdasan emosional. Bisa mengindentifikasi perasaan dan mengelompokkannya dengan benar, beginilah yang sebenarnya terjadi pada orang empathy.

 

4. Individualisation

Wah kalo ini saya banget nih. Suami juga tahu betul saya punya potensi ini. Sehingga setiap kami punya relasi baru dan ada interaksi darat, suami selalu meminta kesan saya tentang orang tersebut. Bahkan merekrut karyawanpun saya dilibatkan suami secara langsung dalam hal ini, hehe. Dari cara menyapa, ekspresi, bahasa tubuh, bahkan gaya bahasa yang digunakan orang lain dalam berinteraksi, cukup mudah bagi saya untuk memetakan seperti apa orang tersebut.

 

5. Consistency

Barangkali tadinya saya tidak terlalu menonjol dalam sifat bakat yang satu ini. Karena dalam pola pertemanan sebetulnya saya lebih senang intim dengan satu atau beberapa orang saja, bukan komunal. Tapi lagi-lagi, pengalaman bisa mengubah regulasi sifat bakat seseorang. Ada kalanya saya harus berada dalam lingkungan komunal yang heterogen. Nah, dalam kondisi inilah sifat bakat consistency akan muncul. Saya bisa menjalin kedekatan dengan siapa saja dan tidak menyukai gap dalam kelompok. Baik secara fisik ataupun nonfisik.

 

6. Analyst

Saya menyukai data dan fakta. Informasi yang saya konsumsi, haruslah memiliki sumber yang otentik dan faktual. Karena saya memahami bahwa informasi yang benar bukan hanya baik bagi wawasan, tapi juga baik bagi cara pandang.

 

7. Relator

Mak comblang! Hehe. Eh tapi bukan mak comblang yang itu. Maksudnya, saya senang menghubung-hubungkan orang dalam lingkaran pertemanan saya. Sehingga ada 2 atau 3 orang bisa saling mengenal, berinteraksi dan melakukan kolaborasi aktivitas. Menurut saya ini menyenangkan, bisa membangun pertemanan dengan cara yang berbeda.
--------


Bicara soal tema bakat ini menarik sekali, ga akan habis dibahas dalam sekali jurnal. Jika teman-teman tertarik membaca tentang ini, bisa meluncur ke temabakat.com. Teman-teman juga bisa mengikuti workshop yang berkaitan baik itu dalam lingkup talent mapping atau Pandu45.

"Karena Ibu yang tidak mengenali bakatnya, tidak akan bisa mengenali bakat anak-anaknya" (A.Aryoko)

Salam,
Hasiah Zen

You Might Also Like

3 Comments

Social Media

Member of

Pasukan Blogger @JoeraganArtikel

KEB ( Komunitas Emak Blogger)

Mom Influencer Indonesia

IIDN (Ibu Ibu Doyan Nulis)

Popular Posts