Telur Hijauku

December 08, 2021

 


Siapa sangka saya bisa sampai di tahap ini? Terharu sekali rasanya, tertatih-tatih mengikuti jenjang demi jenjang perkuliahan di Ibu Profesional dan tidak terasa sudah sampai di kelas Bunda Cekatan. Terima kasih diriku telah mau belajar sampai pada tahap ini.

Kali ini tentang mencari telur hijau dalam diriku. Tentang apa yang saya suka dan bisa, tentang yang saya suka tapi tidak bisa, bisa tapi tidak suka dan tidak suka tidak bisa. Tidak asing ya, seperti mengulang kembali NHW di kelas matrikulasi dulu. Bedanya, saya yang dulu menulis NHW semacam ini masih lugu (hehe..).

Rasanya sulit untuk memilah mana yang benar-benar saya sukai. Karena sebagai seorang learner, rasanya saya ingin memasukkan banyak hal baru ke dalam list belajar. Tapi kata Magika, "pilih yang mana hal yang kita merasa bisa maksimal di sana. Dan itulah yang perlu kita masukkan ke dalam list suka dan bisa."



Begitu juga ketika saya memutuskan memasukkan fotografi, berkebun dan memasak ke dalam list suka dan bisa. Walaupun hasilnya masih fluktuatif, tapi saya menyukai ketiga aktifitas ini dan saya merasa semakin hari saya terus berproses menjadi lebih baik,. Endingnya...memasak, memotret dan berkebun memberi saya kebahagiaan, yang menjadi energi saya untuk membagikan kebahagiaan kepada suami dan anak-anak.

Saya menyukai fotografi, karena saya merasa seperti mendapat mata yang lain untuk melihat isi bumi. Saya melihat banyak sisi melalui gambar yang saya foto. Dan itu meningkatkan level "masyaAllah!" saya setiap berhasil mendapat satu gambar yang bagus. Perjalanan saya mendalami dunia fotografi baru menapak tahun keempat, tapi saya merasa sangat enjoy. Lompat dari kelas yang satu ke kelas yang lain, bertemu dengan berbagai tantangan dalam memotret tidak membuat saya mundur, malah semakin antusias. Dan saya juga bisa mendapat penghasilan dari menjual foto karya pribadi. Penjualan foto saya tahun ini sudah tembus 100x sold. Bonus yang menggembirakan, hehe. Teman-teman bisa melihat portfolio fotografi saya di sini: portfolio mikrostok dan beberapa koleksi foto di pinterest. Dan saat ini saya juga menjadi mentor fotografi di salah satu komunitas, bahagia bisa mendampingi teman-teman yang memiliki kecenderungan yang sama. Bahkan anak-anak saya belikan kamera poket biar bisa ikutan motret bareng.


Dalam aktifitas berkebun, sebetulnya awalnya ini sebatas hobi. Hobi yang kemudian dipaksa berkembang karena keadaan. Karena awalnya saya ditolak menyetor sampah ke bank sampah terdekat, dengan alasan karena saya bukan warga tetap. Maka kemudian sampah-sampah plastik berlaminating yang sudah saya siapkan untuk disetor, saya sulap menjadi media tanam. Mulailah saya mengisinya dengan tanaman sayur. Tapi karena jumlahnya banyak dan tidak muat kalau diletakkan di lahan kami yang cuma sepetak, maka kemudian saya meletakkannya di pinggir jalan di sepanjang blok dalam komplek. MasyaAllah, ternyata sayurannya subur dan beranak pinak, bahkan ibu-ibu komplek ikut bantu merawat dan menikmati hasil panennya. Puas rasanya bisa menikmati hasil tanam sendiri, bahkan bisa berbagi dengan orang lain.


Dan alhamdulillah tahun ini saya memberanikan diri mengambil posisi sebagai ayunda (fasilitator) di kabin berkebun, salah satu program Kampung Komunitas Ibu Profesional. Ini video waktu saya dan rekan satu kabin "manggung" di Quantum TV Kampung Bakat:
Streaming Kabin Berkebun.

Dan kenapa saya juga memilih memasak sebagai aktifitas yang saya suka dan bisa, karena saya memiliki latar belakang pendidikan sekolah memasak. Ibu saya pemilik katering dan saya sering melibatkan diri. Dulu saat SMA, ketika teman-teman menghabiskan akhir pekan dengan nongkrong, saya malah ikut part time job di katering milik wali kelas, hehe. Dan masyaAllah ternyata ilmunya sangat kepake. Saya bisa menyusun menu bulanan dengan mudah, membuat rencana belanja dan daftar belanja. Membuat macam-macam menu yang bervariasi untuk keluarga. Skill ini telah sangat membantu saya dalam manajemen waktu di keluarga. Dengan menu yang terencana, waktu di dapur bisa dipangkas. Saya jadi memiliki waktu lebih untuk bermain dengan anak-anak, mendalami skill fotografi, merawat tanaman, dan lain-lain.


Di poin kedua, saya memilih menggambar dan videography. Saya suka melihat hasil hand drawing yang bagus, atau video sinematik yang epik. Rasanya gregetan, pingin bisa ikut menggambar seru bareng anak dan suami. saya sudah coba mengikuti tutorial di youtube atau mencari referensi di pinterest, tapi hehe...hasilnya ga lebih baik dari hasil gambar anak saya yang masih 7 tahun.


Ketika saya mencari poin yang saya tidak suka tapi bisa, saya langsung menemukan. Menata rumah! Dalam perjalanan rumah tangga yang sudah masuk tahun ke-8, suami tahu persis saya tidak suka menata rumah. Namun bagaimanapun saya harus tetap melakukannya, sebagai rutinitas. Suami tahu betul istrinya tidak suka ngotak ngatik rumah, mau pakai rak buku yang bagaimana, meja dan kursi yang seperti apa, saya tidak antusias dalam hal tersebut. Jadi ya rumahnya gitu-gitu aja, hehe. Alhamdulillah suami tidak protes, malah sering bantu beres-beres. Yang penting rumahnya bersih, anak-anak bisa bermain dengan aman dan nyaman.

Sedangkan di poin terakhir, saya tidak suka dan tidak bisa membuat catatan keuangan. Huwaaah, malu sebetulnya mengatakan ini. Saya bukan orang yang teliti. Saya pernah mencoba mengikuti kelas tentang ini, tujuannya untuk menantang diri sendiri dan goalnya saya berharap bisa membuat catatan keuangan minimal untuk keuangan pribadi. Tapi yang saya dapat setiap habis materi malah stres, nangis. Sejujurnya saya akui, saya tidak terbiasa membuat catatan keuangan sejak dulu. Yang saya fahami, uang saya pegang punya Expired Date. Jika sebelum ED uangnya sudah habis, maka konsekuensinya saya harus menambal kekurangan. Tapi jika setelah ED waktu dan uangnya sisa, maka saya bisa menyimpannya. Hanya prinsip itu yang saya pegang. Suami menyadari kelemahan saya di bidang ini, maka sejak awal menikah yang membuat catatan keuangan adalah suami. Dan saya berperan sebagai auditor setiap awal dan akhir bulan, hehe. Alhamdulillah punya partner satu vibes, bisa saling mendelagasikan.


Kita tak perlu memaksakan diri untuk mampu dalam segala hal. Ibu yang baik bukanlah ibu yang sempurna. Ibu yang baik adalah ibu yang mengenal dirinya, menyadari potensinya, bahagia dengan perannya, dan membagikan kebahagiaan untuk sekitarnya.


Salam Hangat,

Hasiah Zen


You Might Also Like

5 Comments

  1. Maa syaa Allah, Ummwaa😍saya kok ikut bahagia bacanya. Tetap semangat ibu tangguh 😘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih dedek elin, gandengan sampe akhir ya, semoga lulus bareng..

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Replies
    1. tabarokallah..semoga kita bisa lulus bareng ya..

      Delete

Social Media

Member of

Pasukan Blogger @JoeraganArtikel

KEB ( Komunitas Emak Blogger)

Mom Influencer Indonesia

IIDN (Ibu Ibu Doyan Nulis)

Popular Posts