tanaman purwaceng, via doktersehat.com |
Sejak jaman Majapahit, Nusantara sudah sangat dikenal dengan beragam
jenis tanaman berkhasiat. Bahkan nama Majapahit sendiri diambil dari
nama tanaman buah maja yang jika getahnya dibalurkan dipercaya
berkhasiat mengobati penyakit kulit.
Jamu, adalah produk konsumsi dari tanaman obat sekaligus buah dari kearifan lokal yang paling tua di negara ini. Dahulu, nenek moyang kita menggantungkan sumber konsumsi dari hutan termasuk untuk bahan baku jamu. Segala jenis tanaman herbal bisa ditemukan, bahkan setiap pulau disebaran nusantara memiliki tanaman khas masing-masing.
Antara Ginseng dan Purwaceng
Siapa yang
tidak kenal ginseng? Tanaman asli tanah Korea ini sangat populer di
dunia karena manfaatnya yang luar biasa. Selain menghangatkan badan,
juga berguna untuk meningkatkan stamina utamanya bagi laki-laki. Wow!
Tapi, kita juga punya loh herbal yang manfaatnya tak kalah hebat. Kalau di Korea ada ginseng, maka di Indonesia ada purwaceng. Tanaman herbal jenis rumput ini banyak ditemui di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Nama latinnya Pimpinella Pruatja. Tidak memiliki batang, bentuk daunnya lingkaran dengan gerigi ditepi. Kalau ginseng dimanfaatkan dengan diambil akarnya, maka purwaceng dimanfaatkan dengan mengambil seluruh bagian tanaman mulai dari akar hingga daun.
Orang-orang tua kami di dataran tinggi Dieng biasa mengkonsumsi purwaceng dengan merebus lalu meminum airnya. Kini cara itu sudah banyak ditinggalkan. Sejak purwaceng diteliti dan khasiatnya mulai dipublikasikan, tanaman ini menjadi bahan baku utama yang banyak dicari dalam pembuatan ramuan herbal tradisional maupun industri jamu.
Tapi, kita juga punya loh herbal yang manfaatnya tak kalah hebat. Kalau di Korea ada ginseng, maka di Indonesia ada purwaceng. Tanaman herbal jenis rumput ini banyak ditemui di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Nama latinnya Pimpinella Pruatja. Tidak memiliki batang, bentuk daunnya lingkaran dengan gerigi ditepi. Kalau ginseng dimanfaatkan dengan diambil akarnya, maka purwaceng dimanfaatkan dengan mengambil seluruh bagian tanaman mulai dari akar hingga daun.
Orang-orang tua kami di dataran tinggi Dieng biasa mengkonsumsi purwaceng dengan merebus lalu meminum airnya. Kini cara itu sudah banyak ditinggalkan. Sejak purwaceng diteliti dan khasiatnya mulai dipublikasikan, tanaman ini menjadi bahan baku utama yang banyak dicari dalam pembuatan ramuan herbal tradisional maupun industri jamu.
Khasiat Purwaceng
Masyarakat akhirnya memiliki banyak pilihan cara untuk mereguk khasiat purwaceng, diantaranya dengan diramu menjadi kapsul, bubuk, atau
campuran minuman seperti teh seduh purwaceng, susu purwaceng dan kopi
purwaceng. Sekarang sudah banyak di jual purwaceng kemasan siap konsumsi.
via merahputih.com |
Berikut diantaranya khasiat purwaceng:
- menghangatkan tubuh
- mengobati masuk angin dan pegal linu
- meningkatkan stamina
- melancarkan buang air kecil
- melancarkan peredaran darah
- meningkatkan gairah seksual
Manfaat
paling populer dari purwaceng adalah sebagai booster stamina bagi kaum
pria. Ini karena kandungan afrodisiak yang terkandung dalam purwaceng
cukup tinggi. Afrodisiak sendiri adalah senyawa kimia yang dipercaya
meningkatkan detak jantung dan aliran darah. Diambil dari nama dewa
Yunani kuno; afrodith, dewa kesuburan.
Budidaya, Upaya Penyelamatan Hutan
Tanaman purwaceng sebenarnya termasuk jenis rumput liar yang banyak hidup di hutan dan
semak-semak, khususnya di dataran tinggi Dieng. Banyaknya industri yang
membutuhkan suplay purwaceng membuat pengepul mengambil secara
besar-besaran tanaman ini dari habitat aslinya. Padahal purwaceng hanya
bisa hidup di dataran tinggi berkisar 2000mdpl.
Hawa sejuk, tanah yang lembab, serta kandungan belerang yang tinggi juga menjadi sebab tumbuh suburnya purwaceng. Itulah mengapa hutan di dataran tinggi Dieng adalah satu-satunya habitat asli tanaman ini. Beberapa peneliti pernah menanam bibit purwaceng di daerah lain yang memiliki iklim mirip, tapi tanaman ini tidak tumbuh optimal layaknya di Dieng.
Tidak hanya itu, karena purwaceng digunakan secara utuh mulai dari akar, batang dan daun, praktis populasi tanaman ini di alam bebas menjadi menurun. Daur hidupnya yang cukup lama, kurang lebih satu tahun mulai sejak bibit bersemi hingga panen sehingga kita harus menunggu bibit purwaceng yang baru untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa dan siap dipanen kembali.
Di sepanjang bulan Juni hingga September, suhu di Dieng akan turun drastis hingga menyentuh angka minus. Bahkan 2019 lalu suhu Dieng terendah mencapai -8 derajat celsius. Embun membeku, pucuk-pucuk tanaman tertutup es. Masyarakat Dieng mengatasi iklim ekstrem ini salah satunya dengan mengkonsumsi purwaceng. Sehingga, purwaceng menjadi bagian tak terpisahkan dari pola diet masyarakat.
Penduduk setempat didukung oleh pemerintah daerah mulai menyadari potensi tanaman ini. Selain karena khasiat populernya yang menjadi komoditi ekonomi, purwaceng adalah bagian warisan sumber pangan dari hutan. Akan sayang sekali jika tanaman ini menjadi langka karena pengambilan besar-besaran untuk kebutuhan industri. Maka saat ini mulai digalakkan budidaya purwaceng sebagai upaya penyelamatan keaneka ragaman hayati khas dari dataran tinggi Dieng.
Hutan telah memberi banyak bagi kehidupan, bukan hanya makanan tapi juga obat-obatan. Maka menjaga hutan berarti juga menjaga ketersediaan makanan dan obat-obatan yang bisa digunakan anak dan generasi kita kelak. Agar hutan sumber pangan tak sekedar menjadi potongan dongeng.
Hawa sejuk, tanah yang lembab, serta kandungan belerang yang tinggi juga menjadi sebab tumbuh suburnya purwaceng. Itulah mengapa hutan di dataran tinggi Dieng adalah satu-satunya habitat asli tanaman ini. Beberapa peneliti pernah menanam bibit purwaceng di daerah lain yang memiliki iklim mirip, tapi tanaman ini tidak tumbuh optimal layaknya di Dieng.
Tidak hanya itu, karena purwaceng digunakan secara utuh mulai dari akar, batang dan daun, praktis populasi tanaman ini di alam bebas menjadi menurun. Daur hidupnya yang cukup lama, kurang lebih satu tahun mulai sejak bibit bersemi hingga panen sehingga kita harus menunggu bibit purwaceng yang baru untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa dan siap dipanen kembali.
Di sepanjang bulan Juni hingga September, suhu di Dieng akan turun drastis hingga menyentuh angka minus. Bahkan 2019 lalu suhu Dieng terendah mencapai -8 derajat celsius. Embun membeku, pucuk-pucuk tanaman tertutup es. Masyarakat Dieng mengatasi iklim ekstrem ini salah satunya dengan mengkonsumsi purwaceng. Sehingga, purwaceng menjadi bagian tak terpisahkan dari pola diet masyarakat.
Penduduk setempat didukung oleh pemerintah daerah mulai menyadari potensi tanaman ini. Selain karena khasiat populernya yang menjadi komoditi ekonomi, purwaceng adalah bagian warisan sumber pangan dari hutan. Akan sayang sekali jika tanaman ini menjadi langka karena pengambilan besar-besaran untuk kebutuhan industri. Maka saat ini mulai digalakkan budidaya purwaceng sebagai upaya penyelamatan keaneka ragaman hayati khas dari dataran tinggi Dieng.
Hutan telah memberi banyak bagi kehidupan, bukan hanya makanan tapi juga obat-obatan. Maka menjaga hutan berarti juga menjaga ketersediaan makanan dan obat-obatan yang bisa digunakan anak dan generasi kita kelak. Agar hutan sumber pangan tak sekedar menjadi potongan dongeng.
Teman-teman pasti juga memiliki sense yang sama dengan saya bahwa menjaga kelestarian lingkungan hidup tidak bisa kita lakukan sendirian. Banyak sekali yang perlu kita edukasi ke masyarakat. Dalam hal ini kita perlu berjejaring, ya kan? Dengan bergabung bersama WALHI, teman-teman bisa mendapat info bermanfaat tentang hutan, lingkungan hidup, ekosistem dan banyak lagi. Bahkan teman-teman bisa juga menjadi penggerak dan penyelamat lingkungan hidup caranya dengan ikut aktif menjadi donatur. Setiap rupiah yang teman-teman donasikan akan disalurkan untuk membantu korban bencana alam di seluruh Indonesia.
Salam Lestari.
Hasiah Zen.
Wonosobo, Februari 2020
Sumber Informasi:
1. https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia
2. https://www.mongabay.co.id/2019/02/11
3. https://doktersehat.com/apa-itu-purwaceng
Artikel ini diikut sertakan dalam Forest Cuisin Blog Competition yang diadakan oleh Blogger Perempuan Network dan WALHI.
Salam Lestari.
Hasiah Zen.
Wonosobo, Februari 2020
Sumber Informasi:
1. https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia
2. https://www.mongabay.co.id/2019/02/11
3. https://doktersehat.com/apa-itu-purwaceng
Artikel ini diikut sertakan dalam Forest Cuisin Blog Competition yang diadakan oleh Blogger Perempuan Network dan WALHI.